Friday, February 3, 2012

26 Desember 2011

04.00
Aku terbangun dari tidur. Sedikit cairan bening keluar tak tertahankan dari vaginaku. Sempat aku berpikir bahwa aku mengompol. Segera aku beranjak dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Aku kembali ke tempat tidur untuk kembali melanjutkan tidurku yang terganggu.

05.00
Aku kembali terbangun. kejadian pukul 04.00 terulang kembali. Segera aku beranjak dan kemudian melaksanakan kewajibanku sebagai umat muslim, sholat subuh. Aku tidak bisa tidur lagi. Keluarlah aku dari kamarku dan menyapa kedua orang tuaku yang sudah terlebih dahulu bangun.

06.00
Aku mengatakan kepada orang tuaku perihal cairan tersebut. Ibuku memiliki pikiran yang sama denganku, curiga cairan tersebut adalah air ketuban. Segera kami ke rumah bidan terdekat untuk diperiksa. Sesampainya disana, bidan mengatakan bahwa cairan tersebut bukanlah air ketuban tetapi ada indikasi penipisan dinding vagina yang menandakan aku akan melahirkan dalam waktu dekat. Atas saran beliau, aku pulang ke rumah dan beristirahat.

06.30
Aku ngobrol dengan suamiku melalui skype. Sudah seminggu kami tidak bertemu (suamiku bekerja di Jakarta & aku tinggal di Semarang). Dalam keadaan baru bangun tidur dan rambut masih acak - acakan, dia menyapa dan mngajakku bercengkrama. Aku bercerita bahwa tadi pagi ada cairan bening keluar dari vaginaku. Aku juga mengatakan kecurigaanku air tersebut air ketuban. Aku juga menceritakan apa yang telah bidan sampaikan kepadaku. Tiba - tiba ditengah - tengah percakapan kami, keluar lagi cairan bening dengan jumlah yang cukup banyak. Segera kuberitahukan kepada ibuku. Ibuku pun langsung menghubungi bidan untuk berkonsultasi. Bidan menyarankan agar aku segera ke rumah sakit karena aku berencana untuk melahirkan ke rumah sakit. Tak lupa ku infokan hal ini kepada suamiku.

07.00
Aku, ibuku, ayahku, dan adikku yang paling kecil bergegas ke RS Bunda. Disana aku diperiksa, apakah air yang telah keluar adalah air ketuban. Ternyata benar. Aku tidak diijinkan untuk pulang ke rumah. Aku diminta untuk bedrest dn diobservasi tanpa diberi tindakan apapun selama 4 jam karena aku tidak merasakan kontraksi sedikitpun dan belum ada pembukaan. Akhirnya mulailah aku beristirahat di ruang rawat inap rumah sakit.

12.00
Suamiku memberi kabar bahwa ia sudah mendapatkan tiket ke Semarang pukul 13.00. Paling tidak pukul 14.00 dia sudah bisa menemaniku di Semarang.

13.30
Dokter kandungan yang memeriksaku selama ini menginstruksikan bidan rumah sakit untuk memberikan obat perangsang kontraksi berupa pil per vaginal. Keterangan yang diberikan bidan rumah sakit, apabila gagal kontraksi dalam waktu 4 jam, maka akan diberikan obat perangsang lagi dan hal ini akan dilakukan sebanyak 3 kali.

14.30
Aku mulai merasakan kontraksi. (mulas) tetapi hilang timbul belum teratur.

16.00
Kontraksi semakin terasa dan semakin sering. Untung suamiku telah datang dan menghiburku. Salah satu bidan menawarkan untuk pindah ke ruang bersalin. Kontraksi semakin sakit dan aku memutuskan untuk pindah ke ruang bersalin. Sesampainya di ruang bersalin, ternyata sudah pembukaan 7. Aku salut dengan suamiku. Dia tipikal pria yang tidak bisa melihat darah, tetapi dia memberanikan diri untuk masuk ke ruang bersalin menemani dan menyemangatiku.

17.30
Kontraksi semakin kuat tapi pembukaan masih tetap bukaan 7. Rasa mulas yang tak tertahankan membuatku ingin menangis tapi aku teringat pesan instruktur senam hamilku. Aku tidak boleh menangis, jika aku menangis hidungku akan tersumbat dan aku akan kesulitan mengambil napas untuk mengejan.Kugenggam erat tangan suamiku sambil terus menerus beristighfar. Suamiku sempat memintaku untuk menggigit tangannya jika aku tidak kuat menahan sakit. Aku tidak mau. Aku tidak ingin menyakitinya.

18.00
Bidan mengatakan bukaan sudah lengkap. Aku diperbolehkan untuk mengejan. Rasa mulas yang sudah tak tertahankan kujadikan motivasi untuk mengejan sekuat kuatnya. Pada saat itu, dokter kandungan yang memeriksaku selama ini belum kunjung datang. Ketika kepala bayiku sudah mulai terlihat, beliau datang. Dokter, bidan, dan suamiku menyemangatiku untuk terus mengejan serta mengngatkanku untuk tidak menutup mataku. Secara tidak sadar aku menutup mataku sebentar ketika mengejan, hasilnya pembuluh darah dimataku ada yang pecah di beberapa titik. Untungnya titik - titik kemerahan itu hilang dalam waktu kurang lebih 10 hari.

18.50
Setelah perjuanganku untuk mengejan, akhirnya putri mungilku yang cantik lahir. Segera setelah dia keluar dari tubuhku, bidan meletakkannya di dadaku untuk Inisiasi Menyusui Dini. Aku juga mendekapnya dan membelainya walaupun tubuh putriku masih penuh lemak dan sedikit darah. Aku dan suamiku bahagia sekali.
Segera suamiku meng-adzaninya. Air mata tak tertahankan keluar dari mata kami berdua.

Alhamdulillah ya Allah..Engkau telah memberikan kemudahan, kelancaran, dan keselamatan untukku dan putri mungilku yang cantik. Semoga Engkau meridhoi keluarga kami dan menjadikan putriku solehah, pintar, baik hati, beruntung, dan tidak kurang suatu apa pun. Amin ya robbal alamin.



KIRANA ABHINAYA HADI
Ayah dan bunda sangat menyayangimu nak.....

0 comments:

Post a Comment