Tuesday, May 9, 2017

Kehamilan Kedua

Keasyikan saya bersama Naya membuat lupa akan menulis. Tak terasa usia Naya sudah lima tahun lima bulan. Beragam kemampuan dan aktivitas Naya membuat saya tidak ingin melewatkan waktu bersamanya. Mulai dari Naya bisa berjalan, bicara, bernyanyi, bahkan sekarang sudah bersekolah di Taman Kanak-Kanak.

Keinginan saya dan suami untuk menambah momongan sudah ada sejak Naya mulai menginjak usia tiga tahun. Usaha kami diawali dengan saya lepas KB (IUD). Kami berusaha untuk hidup lebih sehat lagi. Hanya saja sampai dua tahun saya lepas KB, belum muncul tanda-tanda kehamilan.

Sempat ada rasa khawatir, sebab beberapa teman dan saudara yang menggunakan KB IUD segera hamil setelah dilepas. Akhirnya saya memeriksakan diri ke dokter kandungan. Alhamdulillah dokter mengatakan bahwa tidak ada masalah, hanya kami diminta untuk lebih banyak berusaha dan berdoa, serta tidak terlalu capek. Kami diberi vitamin dan suplemen untuk menunjang agar saya bisa segera hamil kembali.

Akhirnya tepat ketika Naya berulang tahun kelima, saya hamil anak kedua. Penantian yang cukup panjang untuk bisa hamil lagi, membuat saya dan suami bahkan Naya merasa senang bukan kepalang. Rasa gembira kami sama seperti menantikan kehamilan saya yang pertama.

Tentu rasa di setiap kehamilan berbeda. Demikian juga kehamilan kedua saya. Mual dan muntah sepanjang hari, saya rasakan di trimester pertama. Nafsu makan pun turun drastis. Jangankan untuk makan, mencium bahkan membaca tulisan yang berkaitan dengan makanan saya langsung mual dan muntah. Beruntung saya masih bisa mengonsumsi susu hamil, jadi ada tambahan tenaga. Selain itu, saya rentan terhadap penyakit menular seperti flu. Untuk itu saya berusaha mengurangi kontak dengan orang​ yang kebetulan sedang kurang baik kondisi kesehatannya.

Perbedaan lainnya adalah intensitas aktivitas yang saya kerjakan. Jika saat kehamilan pertama saya lebih banyak beristirahat dan bermalasan, kehamilan kedua ini justru banyak kegiatan yang harus saya kerjakan meskipun kondisi fisik lebih lemah. Sebab saya punya tanggung jawab untuk tetap mendampingi Naya di segala aktivitasnya. Nikmat banget pokoknya.. hehehe..

Sejak Naya lahir hingga saat hamil kedua ini, saya sekeluarga tidak menggunakan jasa pembantu rumah tangga. Rumah yang tidak terlalu besar dan pekerjaan paruh waktu membuat saya merasa bisa menangani urusan rumah tangga tanpa bantuan seorang pembantu. Mulai dari mengasuh anak, membersihkan rumah, memasak, menyiapkan kebutuhan suami, semua saya kerjakan sendiri. Awalnya memang berat, tapi pengaturan dan ritme kegiatan yang dilakukan berulang-ulang membuat saya merasa mampu menyelesaikannya dengan baik.

Itu saat saya masih punya anak satu. Lalu bagaimana dengan dua anak? Apakah saya mampu? Apakah saya bisa? Terlebih usia Naya yang baru saja melewati balita, masih membutuhkan pengawasan dan pendampingan saya.

Di tulisan saya berikutnya..saya akan coba berbagi persiapan yang saya lakukan untuk menyambut anak kedua..