Sejak
kecil saya sangat senang membaca. Ritual membaca membuat saya merasa nyaman,
tenang, siap, dan lebih percaya diri. Tak peduli di mana saya berada, buku
bagai sahabat sejati yang menemani kemanapun saya pergi. Saking senangnya membaca,
saya membawa buku ketika ke kamar kecil. Ibu saya sering menegur karena tak
sedikit buku yang jadi keriting karena basah.
Kebiasaan
membaca ini tentu berujung pada angan-angan ingin memiliki buku bacaan yang
saya buat sendiri. Angan yang sampai saat ini masih saya kejar. Tanpa saya
sadari, banyak hal membuat saya menomor sekiankan angan saya ini. Sampai
akhirnya di sebuah siang yang biasa saja, saya mendapat broadcast message yang tidak biasa tentang “Kelas Menulis Online”
yang diprakarsai Tendi Murti. Penasarankan apa itu “Kelas Menulis Online”
sampai-sampai membuat saya teringat kembali angan saya.. menjadi penulis.
Untuk menjadi penulis, saya mulai membiasakan diri saya untuk menulis. Menuangkan ide dan pendapat saya melalui sebuah tulisan. Tulisan yang idealnya bisa memberikan dampak pada sekitar. Lalu sebenarnya apa sih tulisan itu dan bagaimana ia dapat memberi dampak pada orang yang membacanya?
Tulisan berasal dari kata dasar tulis. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa
kata tulis mengandung arti huruf (angka dan sebagainya) yang dibuat (digurat
dan sebagainya) dengan pena (pensil, cat, dan sebagainya) 1. Jadi
ketika kita melihat satu huruf saja, misalnya a, di atas sebuah kertas berarti
kita sudah melihat tulisan. Tapi apakah tulisan yang seperti itu yang akan saya tulis? Tentu tidak. Saya ingin menulis tulisan yang mampu menggambarkan atau mendeskripsikan sebuah keadaan atau situasi, sehingga orang yang tidak berada di situasi tersebut bisa ikut merasakan. Saya juga ingin menjadi penulis yang mampu menggiring cara berpikir pembaca tulisan saya.
Untuk bisa menghadirkan tulisan yang baik, tidak ada salahnya saya menilik kembali hal-hal yang berkaitan dengan tulisan. Awal mula tulisan ditemukan sekitar 3200SM di daerah Mesopotamia dan sekitar 600SM
di daerah Mesoamerica 2. Sedangkan daerah yang menjadi tempat berkembangnya
tulisan masih menjadi perdebatan, apakah itu di Mesir kuno ataukah Cina 2.
Huruf Mesopotamia
Sumber:
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/d5/Letter_Luenna_Louvre_AO4238.jpg
Huruf Mesir Kuno
Sumber:
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/9d/Papyrus_Ani_curs_hiero.jpg
Tulisan
juga digunakan sebagai penanda kemajuan suatu peradaban. Suatu zaman dalam
sebuah peradaban dibedakan menjadi dua yaitu zaman sebelum manusia mengenal
tulisan (zaman pra sejarah) dan zaman manusia sudah mengenal tulisan (zaman
sejarah) 3. Tentu setiap daerah memerlukan waktu yang berbeda-beda
ketika memasuki zaman sejarah.
Indonesia sendiri diperkirakan memasuki zaman sejarah (mengenal tulisan) pada
abad-abad akhir Sebelum Masehi. Hal ini ditunjukkan melalui catatan-catatan bangsa kita dengan orang Tiongkok. Adanya hubungan dengan dunia luar berupa catatan-catatan
dengan orang Tiongkok dan India3.
Sebenarnya
seberapa penting sih tulisan, sampai bisa dijadikan penanda kemajuan? Tulisan
sering kali digunakan sebagai alat perekam. Melalui tulisan, kita bisa mengungkap apa yang terjadi di masa lalu. Tulisan juga bisa digunakan sebagai alat pengingat. Sifat lupa
yang menjadi salah satu ciri kealpaan manusia bisa diminimalkan dengan membaca
kembali tulisan. Tulisan juga digunakan sebagai alat komunikasi. Tak jarang
tali silaturahmi antar individu dapat terjalin baik berkat tulisan.
Tulisan
ada karena aktivitas membuat tulisan, atau sering kita sebut dengan menulis.
Banyak hal bisa kita dapat dengan menulis. Seseorang bisa mencurahkan ataupun
mengekspresikan perasaannya melalui menulis. Perasaan gembira, sedih, marah,
bahkan rasa bosan bisa dicurahkan melalui kegiatan menulis. Saking serunya
kegiatan menulis ini, bagi orang dengan kreativitas dan rasa seni tinggi,
menulis dijadikan ajang untuk menyalurkan rasa seni, jadilah kaligrafi.
Salah Satu Contoh Kaligrafi
Sumber:
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/37/Iqra.jpg/250px-Iqra.jpg
Bagi
saya pribadi, menulis membuat saya bebas mengekspresikan diri. Menulis membuat
saya bisa menjadi diri sendiri. Menulis membuat saya mau tidak mau tetap
belajar, karena ada dorongan kuat dari dalam diri untuk bisa membuat tulisan
yang baik. Bahasa Jawanya: ga ngawur, atau asal tulis. Menulis juga memberikan
saya waktu luang untuk diri sendiri, bahasa masa kininya: me time. Menulis juga menjadi media saya untuk bermeditasi,
merenungkan dan menggali potensi saya, baik pikiran, hati, dan raga. Banyak ya
manfaat menulis, terutama buat saya pribadi.
Meskipun
saya menyadari banyak manfaat yang bisa saya dapatkan ketika menulis, saya
belum pernah secara serius dan ikhlas menulis sebuah topik bahasan dan
mengungkapnya hingga tuntas. Pertama dan yang paling akhir saya melakukan hal
tersebut karena harus membuat Karya Tulis Ilmiah (skripsi) sebagai salah satu
syarat kelulusan ketika di perguruan tinggi. Malu ya.. tapi seperti jargon
terkenal “Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali”.. dengan mengesampingkan
rasa malu..dengan kepala tegak saya akan mengatakan bahwa “Saya akan jadi
penulis”.
Ada
banyak tulisan pernah saya baca, mulai puisi, cerpen, novel, buku ilmiah,
bahkan komik, tapi hanya beberapa yang menginspirasi saya. Entah itu dari
cerita yang dituliskan, alur cerita yang disuguhkan, gaya bahasa yang
digunakan, atau bahkan kenyentrikan sang penulis megekspresikan dirinya lewat
tulisannya. Tulisan memang mampu membawa saya masuk ke dunia- dunia baru yang
terkadang tak pernah saya bayangkan sebelumnya. Berikut beberapa penulis yang saya kagumi:
Pramoedya
Ananta Toer dengan tetraloginya, mampu membawa saya ke masa lalu. Dia mampu
menggabungkan sejarah Indonesia dengan tokoh fiksi ciptaannya, Minke. Ideologi
dan pemikirannya melebur menjadi satu dalam cerita yang dituliskan. Penjara
yang menawan raganya untuk bebas tak mampu menawan jiwa dan pemikirannya.
Salah Satu Buku dalam Tetralogi Pramoedya Ananta Toer
Sumber:
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/7/74/Bumimanusia_big.gif/220px-Bumimanusia_big.gif
Selain
Pramoedya, saya senang membaca beberapa karya Jane Austen seperti “Pride and
Prejudice” dan “Persuasion”. Novelis asal Inggris ini piawai meramu kisah
percintaan dengan kondisi sosial masyarakat Inggris era Victoria. Caranya
mendiskripsikan situasi pada era itu membuat saya tergelitik untuk mencari tahu
seperti apa zaman keemasan Victoria. Tentu saja dengan bantuan internet, dahaga
saya terpuaskan. Mulai dari video dokumenter dari Youtube, cerita-cerita yang
terpapar di Wikipedia, hingga website museum di Inggris.
Menyeberang
ke negeri Paman Sam, ada Harper Lee dengan novel “To Kill a Mockingbird” yang dengan gagahnya
menghidupkan karakter Atticus. Dia mampu mendapatkan penghargaan Pullitzer
Prize dari satu-satunya novel yang dia publikasikan di tahun 1964. Tak
malu-malu Lee mengangkat topik yang cukup kontroversial di era itu, pemerkosaan
dan rasialisme terhadap orang kulit hitam.
Terkadang
kita melihat situasi yang menurut hati nurani kita kurang tepat, tapi kita
merasa tak bisa berbuat apa-apa. Percayalah, dengan tulisan kecil, kita bisa
membuat perubahan-perubahan. Menulis dan membagikannya bisa membuat orang lain
mengerti. Menulis juga dapat membuat orang lain mendapat informasi tambahan.
Tapi ingat, tak sedikit tulisan yang bisa menyesatkan orang lain, salah arah,
dan membuat situasi semakin keruh. Jadi sebaik-baiknya manusia adalah manusia
yang mau membagi ilmunya, menyebarkan manfaat, kebenaran, dan energi positif. Tunggu
apalagi..mari mulai menulis! Ini tulisan saya, mana tulisan Anda?
Referensi:
- http://kbbi.web.id/tulis
- https://en.wikipedia.org/wiki/History_of_writing
- https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia